Wednesday, February 25, 2009

Menjaga Mata Air tetap Murni

Dalam buku karangan Joshua Harries yang berjudul I kissed dating Goodbye membawa kita dalam membayangkan menjaga hati seolah-olah hati kita adalah sumber mata air yang segar yang darinya kita ingin minum setiap hari. Alkitab mengatakan kepada kita bahwa hati merupakan “pancaran kehidupan” . (Amsal 4:23 berkata jagalah hatiMu dengan segala kewaspadaan , karena dari situlah terpancar kehidupan). Kita harus mempertahankan kemurnian hati kita dan terus menjaganya dari berbagai hal yang dapat mengotori hati kita. Karena hati kita merupakan sumber dari sikap, ucapan, dan perbuatan-perbuatan kita.
Sebuah dongeng oleh Peter Marshall yang berjudul “Penjaga Mata Air” mengisahkan seorang tua yang tinggal di hutan yang tenang yang dahulunya tinggal di सबूः desa di Austria di sepanjang lereng bagian timur gunung Alpen. Beberpa tahun yang lalu dewan kota telah menyewa orang tua ini sebagai penjaga mata air untuk memlihara kolam air di celah-celah gunung. Aliran dari kolam ini mengalir menuruni sisi gunung dan memberikan suplai air yang mengalir melalui kota. Secara teratur dan setia Si Penjaga Mata Air ini berpatroli di sekeliling bukit memunguti dedaunan dan ranting-ranting dari kolam dan membersihkan endapan lumpur yang dapat mengotori sumber mata air tersebut.
Lama kelamaan desa itu menjadi daya tarik bagi para wisatawan. Angsa-angsa berenang di atas mata air yang berkilauan. Roda-roda pengilingan dari berbagai perusahan dekat mata air itu berputar siang dan malam. Tanah-tanah pertanian mendapatkan irigasi alam, dan pemandangan dari restoran-restoran tampak berkilauan.Tahun demi tahun berlalu. Suatu sore dewan kota mengadakan pertemuan tengah tahunan untuk mengkaji anggaran. Mata salah seorang dewan tertuju pada honor yang diberikan kepada Penjaga Mata Air itu. “Siapakah orang tua ini?” dengan nada suara yang penuh kemarahan, orang tua ini tidak berguna bagi kita. Ia tidak lagi diperlukan. Dengan suatu pemungutan suara akhirnya dewan membuang jasa pak tua itu.
Selama beberapa minggu tidak ada yang berubah. Tetapi menjelang awal musim gugur, pohon-pohon mulai menggugurkan daun-daunnya. Ranting-ranting kecil patah dan jatuh ke dalam kolam, menghalangi aliran air yang berkilauan. Pada suatu siang, seseorang memperhatikan warna kuning kecoklatan di mata air tersebut. Beberapa hari kemudian air itu telah menjadi gelap. Dalam satu minggu, lapisan lumpur yang tipis menutupi mata air di sepanjang sisinya, dan bau busuk tercium dari mata air itu. Roda-roda penggilingan bergerak lambat, beberapa diantaranya akhirnya berhenti sama sekali. Beberpa perusahaan yang ada di dekat sana tutup. Angsa-angsa pindah ke air yang lebh segar di tempat yang jauh, dan para wisatawan tidak lagi mengunjungi kita itu. Pada akhirnya, cengkraman penyakit dan wabah menyerang desa tersebut.
Dewan kota yang berpandangan dangkal tersebut telah menikmati keindahan mata air itu tetapi meremehkan pentingnya penjagaan sumber mata air tersebut. Demikian halnya dengan kita. Sering kali kita juga membuat kesalahan yang sama di dalam hati kita. Kita sering kali mengabaikan kemurniaan hati kita dan menjaganya agar tetap bersih. Beberapa contoh diantaranya adalah ketika seseorang yang katakan saja tidak sengaja menyakiti hati kita, kita tidak sudi untuk memberikan waktu kita untuk berpikir sejenak mengenai orang yang menyakiti hati kita. Yang ada dalam pikiran kita adalah dia telah menyakiti hati kita. Kita tidak mau repot-repot untuk mengarahkan konsentrasi kita kepada orang tersebut. Akhirnya yang ada di dalam hati kita adalah kebencian. Pada saat itu juga, kita telah membiarkan ranting-ranting pohon dan dedaunan mengotori mata air di hati kita. Kita merasa malas untuk memungut ranting-ranting dan dedaunan dari mata air tersebut. Kita lupa betapa pentingnya menjaga kemurnian hati kita, sama seperti dewan kota tersebut yang meremehkan pentingnya penjagaan sumber mata air itu. Maka dari hati kita yang kotor itu terpancar sikap yang kasar terhadap orang tersebut, perkataan yang sinis dan penuh kemarahan terhadap orang tersebut, dan perbuatan-perbuatan yang menyakiti hati orang tersebut dengan perasaan balas dendam.
Namun untuk menjaga mata air agar tetap bersih dan mempertahankan kemurnian hati kita bukan merupakan hal yang gampang untuk dilakukan. Hati manusia sangat mudah diombang-ambingkan oleh situasi dan keadaan. Untuk itu kita perlu secara konsisten mengevaluasi kemurnian hati kita di dalam doa, dan meminta Allah untuk mengungkapkan hal-hal kecil yang mengotori hati kita. Ketika Allah mengungkapkan sikap, kerinduan, dan keinginan kita yang salah, kita harus membuang itu semua dari hati kita.
Si Penjaga Mata air, pekerjaan yang tidak pernah berakhir. Demikian juga menjaga kemurnian hati adalah suatu tugas yang tidak pernah berakhir. Tuhan mengenal setiap hati kita. Dia tahu apa tujuan kita sebelum kita melakukan sesuatu. 1 Yohanes 3:20 “Karena Allah adalah lebih besar daripada hati kita, serta mengetahui segala sesuatu”. Ia mengerti bagaimana rasanya menghadapi percobaan. Ia akan menolong dan menopang kita ketika kita percaya kepada-Nya dan dengan setia menjaga hati kita.

No comments:

Post a Comment