Saturday, June 18, 2011

Melayani di bawah Pengamatan Tuhan


Setelah melewati studi di semester lalu yang begitu melelahkan dan penuh perjuangan, tibalah waktu yang memang dinanti-nantikan oleh hampir seluruh mahasiswa di seantero bumi ini yakni LIBURAN. Waktu liburan ini seperti waktu rehat bagi prajurit yang baru saja pulang dari medan pertempuran yang melelahkan dan penuh perjuangan. Seberapa besar rindu sang prajurit menginginkan waktu seperti itu, demikianlah berartinya waktu liburan ini bagi saya pribadi. !@#$%^.. zzz,  tidak, tidak seperti itu jg sich, sy hanya bergurau dan membesar-besarkan.. hehehe..

Namun ada beberapa hal yang sy nikmati di waktu liburan ini which is sy pnya waktu melimpah u/ mengerjakan banyak hal yang sebenarnya tidak dapat sy kerjakan dengan leluasa di waktu kuliah. Salah satunya sy sedang on my way menghabiskan buku karangan Jonathan Lamb yaitu INTEGRITAS. Selagi sy dalam proses menghabiskan buku bacaan ini, sy pikir ada baiknya juga jika sy membagikan apa yang memang sy pelajari lagi berkaitan dengan Panggilan kita Melayani Tuhan.

Buku ini banyak bercerita mengenai pelayanan Paulus. Bagaimana sikap hati Paulus memandang panggilan pelayanan, bagaimana ketika Paulus sedemikian rela berkorban demi Injil dan jemaat yang ia layani dan kasihi, namun justru mendapat berbagai tuduhan bahwa ia bukan rasul yang sejati, tidak dapat diandalkan, tidak tulus dan banyak hal lainnya.

Bagian yang paling kentara adalah ketika Paulus mengubah rencana kunjungannya ke Korintus. Sejak saat itulah muncul berbagai kecaman yang meragukan kerasulan Paulus. Banyak jemaat yang beranggapan bahwa Paulus bertindak seenaknya, tidak dapat memegang janji, hari ini ya, besok tidak. Dalam hal ini Paulus dituduh tidak konsisten. Bagi kita yg pernah memPA-kan alasan Paulus mengubah rencana kunjungannya, kt tentu tahu bahwa Paulus tidak bertindak serampangan ketika ia mengubah rencana kunjungannya. Semua ini dilakukan demi kebaikan jemaat Korintus.

Paulus tentu menyadari bahwa ia harus menanggapi kecaman itu. Satu-satunya alasan ia harus membela tindakannya, bukan hanya karena kredibilitas kerasulannya, namun menyangkut kredibilitas Injil yang disampaikan sebagai seorang rasul. The man is the message. Isi Injil dapat mudah terkontaminasi oleh sang pembawa pesan. Itulah sebabnya Paulus menegaskan kepada jemaat Korintus : tetapi aku memanggil Allah sebagai saksiku –Ia mengenal aku-, bahwa sebabnya aku tidak datang ke Korintus ialah untuk menyayangkan kamu, 2 Kor 1:23” yang ingin ditekankan Paulus kepada jemaat Korintus adalah bahwa ketika Paulus mengerjakan pelayanan yang sifatnya adalah anugrah dan panggilan Tuhan, tidak ada satupun yang dikerjakan seenaknya saja dalam pelayanannya. Semua keputusan, setiap pelayanan, Paulus melakukan semuanya itu di bawah Allah yang mengamatinya.

Disamping Paulus membela tindakan-tindakannya kepada jemaat Korintus, ia merasa perlu untuk menenkankan bahwa tanggung jawabnya yang utama adalah kepada Allah. Paulus menyadari bahwa motivasinya, sikapnya, dan tingkah lakunya itu penting bagi Allah. Jelas sekali dalam 2 Kor 5:9 ketika ia menjelaskan motivasinya dalam melayani “kami berusaha… supaya kami berkenan kepada-Nya” dan kemudian ia melanjutkan, “Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik atuapun jahat” (5:10).

Jadi suatu hari kelak, kita pun akan menghadap Yesus Kristus, yang telah memanggil kita untuk melayani, kita akan mempertanggungjawabkan apa yang telah kita lakukan. Sama halnya bagi Paulus dan Jonathan Lamb, penulis buku ini. dorongan terkuat bagi kita untuk berintegritas di dalam panggilan kita melayani adalah bahwa kita masing-masing memiliki tanggung jawab pribadi kepada Allah. Ketika kita tergoda untuk seenaknya saja dalam melayani, atau bersikap dan bertingkah laku tidak memuliakan Kristus, maka sesungguhnya kita sedang melecehkan kasih karunia Allah yang memanggil kita untuk melayani.

Saat berpikir bahwa kita akan mempertanggungjawabkan semuanya itu dihadapan pengadilan Kristus, tujuannya tentu bukan untuk mengaburkan pengharapan dan mengurangi kesukacitaan akan pengharapan bersama-sama dengan Kritus. Tetapi justru hal ini menjadi dorongan terkuat bagi kita untuk melayani dengan setia.

Bagaimana kita memandang panggilan melayani? Setiap Pelayanan apapun yang Tuhan percayakan kepada kita baik menjadi guru sekolah minggu, menjadi pengurus persekutuan, menjadi usher, dsb, apakah kita melakukan panggilan pelayanan itu dibawah Allah yang mengamatinya? Apakah kita selalu mengusahkan yang terbaik bagi Tuhan kita? apakah kita selalu ALL OUT dan berusaha sebisa mungkin agar Tuhan dimuliakan diatas segala-galanya? Tuhan layak mendapatkan yang terbaik, dan tidak kurang dari itu, bersikap seenaknya dalam melayani, dan bertingkah laku tidak memuliakan Tuhan berarti melecehkan kasih karunia Allah yang memanggil kita untuk melayani.

Tapi sekali lagi, mengusahkan yang terbaik tidak pernah mudah. Butuh kerja keras, butuh waktu dan tenaga. Selalu ada harga yang harus kita bayar. Selalu ada salib yang harus kita pikul. Namun Allah senantiasa memperhatikan sikap kita, cara kita memandang pelayanan, dan cara kita berjuang demi pekerjaan Kristus terlebih dari pada hasil pelayanan kita. seperti ungkapan sederhana ‘not be the best, but do the best’ Tuhan kita layak mendapatkan yang terbaik, tidak kurang dari itu.


2 comments:

  1. bagus :)) jadi diingatkan bagaimana melakukan all out di pelayanan :)

    ReplyDelete
  2. thanks sis.. Tuhan kt memang layak mendapatkan yang TERBAIK.. :D

    ReplyDelete